Saturday, June 2, 2012

Hubungan Islam dan Nazi


Rekaman Pembicaraan antara Hitler dan Imam Husseini

Sumber: Documents on German Foreign Policy 1918-1945, Series D, Vol XIII, London, 1964, pp.881 ff.
Mufti dan Hitler di Berlin
Haji Amin al-Husseini, pemimpin Arab Palestina yang paling berpengaruh tinggal di Jerman selama Perang Dunia II. Ia bertemu Hitler, Ribbentrop dan pemimpin Nazi lainnya pada berbagai kesempatan dan mencoba mengkoordinasi kebijakan Nazi dan Arab di Timur Tengah.
Rekaman pembicaraan antara sang Fuhrer dan the Mufti of Jerusalem pada tgl 28 November, 1941, di hadapan Menlu Nazi and Menteri Grobba di Berlin.
The Mufti mulai dengan mengucapkan terima kasih pada Fuhrer atas kehormatan ini. Ia ingin menggunakan kesempatan ini untuk menyampaikan kepada sang Fuhrer, YANG DIKAGUMI SELURUH DUNIA ARAB, terima kasih atas simpati yang selalu ditunjukkan Hitler atas dunia Arab dan khususnya soal Palestina dan yang sering dirujuknya dalam pidato-pidato umumnya. Negara-negara Arab sangat yakin pada kemenangan Jerman dalam perang dan bahwa tujuan Arab akan tercapai.
Amin Al Husseini dan pasukan muslim Nazi Bosnia.
Arab adalah teman alamiah Jerman karena mereka memiliki musuh yang sama, yaitu Inggris, Yahudi dan Komunis. Karena itu Arab siap untuk bekerja sama dengan Jerman dengan sepenuh hati dan siap berpartisipasi dalam perang, tidak hanya secara NEGATIF melalui tindakan SABOTASE dan PEMICUAN REVOLUSI, tetapi juga secara positif dengan pembentukan pasukan Arab. Arab akan bermanfaat bagi Jerman sebagai sekutu mengingat alasan geografis dan penderitaan yang disebabkan Inggris dan Yahudi. Terlebih lagi, Jerman memiliki hubungan dekat dengan negara-negara Muslim, yang bisa dimanfaatkan bagi kepentingan bersama. Pasukan Arab mudah dibentuk. Dengan satu permintaan saja dari sang Mufti kepada negara-negara Arab dan tawanan kebangsaan Arab, Aljazair, Tunisia dan Maroko di penjara-penjara Jerman akan menghasilkan jumlah besar sukarelawan siap tempur.
Pasukan Muslim Bosnia sedang membaca propaganda Nazi yang berjudul Islam dan Yahudi.
Dunia Arab sudah sangat yakin akan kemenangan Jerman, bukan hanya karena Nazi memiliki jumlah tentara yang besar, tentara yang berani dan pemimpin militer yang jenius, tetapi juga karena TUHAN YANG MAHA KUASA TIDAK AKAN PERNAH MEMBERIKAN KEMENANGAN KEPADA TUJUAN TIDAK BENAR (INGGRIS/YAHUDI).
Dalam perjuangan ini, Arab ingin mencapai kemerdekaan dan kesatuan Palestina, Syria, dan Irak. Mereka memiliki keyakinan bulat dalam Fuhrer.
Sang Mufti lalu menyebut surat yang diterimanya dari Jerman yang mengatakan bahwa Jerman tidak menahan wilayah Arab, mengakui aspirasi kemerdekaan dan kebebasan Arab dan juga mendukung penghancuran tanah air Yahudi.
Tapi diperlukan suatu deklarasi umum yang akan sangat berguna bagi EFEK PROPAGANDA terhadap bangsa-bangsa Arab pada saat ini. Ini akan membangunkan Arab dari kemalasan mereka dan memberikan mereka semangat baru. Ini juga memudahkan pekerjaan Mufti dalam mengorganisasikan Arab secara rahasia dan memberikan jaminan kepada Arab yang dengan disiplin ketat dan sabar akan menunggu waktunya untuk menyerang, menunggu perintah dari Berlin.
Sehubungan dengan peristiwa di Irak, sang Mufti melihat bahwa kaum Arab di Jerman tidak dipicu oleh Jerman untuk menyerang Inggris tetapi mereka hanya bereaksi atas serangan Inggris terhadap kehormatan mereka.
Orang Turki, ia percaya, akan menyambut baik pembentukan pemerintahan Arab di kawasan-kawasan tetangga karena mereka LEBIH MENYUKAI NEGARA ARAB YANG LEMAH KETIMBANG PEMERINTAH EROPA YANG KUAT DI NEGARA-NEGARA TETANGGA dan, mengingat jumlah penduduk Turki sebanyak 7 juta Arab, Jerman tidak perlu takut akan ke 1,7 juta Arab yang menduduki Syria, Trans Yordania, Irak dan Palestina.
Perancis juga tidak memiliki keberatan atas rencana persatuan ini karena Perancis sendiri memberikan kemerdekaan kepada Syria sejak 1936 dan memberikan persetujuan atas unifikasi Irak and Syria dibawah raja Faisal sendiri tahun 1933.
Untuk itu, sang Mufti mengulangi kembali permintaannya agar Fuhrer mau mengeluarkan pernyataan umum agar Arab tidak akan kehilangan harapan. Dengan harapan macam itu, Arab, katanya, mau menunggu. Mereka tidak memaksakan terwujudnya aspirasi mereka dengan segera; mereka bisa menunggu selama ½ tahun atau 1 tahun penuh. Tetapi jika mereka tidak diinspirasi oleh harapan bagi adanya deklarasi ini, diperkirakan manfaatnya justru akan didapatkan pihak Inggris.
Sang Fuhrer menjawab bahwa sikap fundamental Jerman atas pertanyaan-pertanyaan ini, seperti dikatakan Mufti sendiri, sudah jelas. Jerman berketetapan untuk melancarkan perang tidak berkompromi terhadap Yahudi. Ini otomatis termasuk oposisi aktif melawan negara nasional Yahudi di Palestina.
Sudah jelas Jerman akan memberikan bantuan material positif dan praktis kepada Arab yang terlibat perjuangan yang sama.

Bentuk kerja sama Hitler dan Mufti

Amin al-Husseini
Foto Amin Al Husseini dalam seragam sebagai tentara kerajaan Ottoman. Ia ditugaskan ke Smyrna dimana jutaan orang Kristen Armenia dibantai oleh tentara Ottoman. Kekalahan Ottoman dan diakhirinya kekuasaan Islam oleh pemimpin sekuler Turki, Kemal Ataturk, membuatnya menyimpan rasa dendam.
Fuhrer kemudian membuat pernyataan ini kepada sang Mufti, mengajaknya untuk ikut serta dengan segala kemauan hati yang mendalam:
  1. Ia (Fuhrer) akan meneruskan perang PENGHANCURAN TOTAL bagi kekuasaan Yudeo-Komunis di Eropa.
  2. tentara Jerman akan mencapai bagian selatan Caucasia.
  3. Begitu ini terjadi, Fuhrer sendiri akan memberikan jaminan kepada dunia Arab bahwa detik pembebasan mereka sudah tiba. Satu-satunya tujuan Jerman adalah penghancuran elemen Yahudi di kawasan Arab.
Pada detik itu pula, sang Mufti akan menjadi juru bicara dunia Arab yang paling otoritatif. Maka adalah tugasnya untuk memulai operasi Arab, yang sudah dipersiapkannya secara rahasia.
Begitu Jerman memaksa dibukanya jalur ke Iran dan Irak lewat Rostov; maka inilah permulaan diakhirinya kekuasaan dunia Inggris. Ia (Fuhrer) berharap bahwa tahun mendatang memungkinkan Jerman untuk menembus gerbang Caucasia ke Timur Tengah. Demi kebaikan bersama, lebih baik jika proklamasi kepada dunia Arab ditunda beberapa bulan lagi, jikalau Jerman mengalami kesulitan dan tidak dapat membantu Arab.
Fuhrer menghargai penuh semangat Arab bagi adanya sebuah pernyataan umum seperti yang diminta sang Mufti. Tapi diingatkannya bahwa ia sendiri (Fuhrer) ketika masih menjabat Menteri Negara Reich Jerman selama 5 tahun tidak dapat mengumumkan kepada negaranya sendiri tentang upaya pembebasan bagi mereka. Ia harus menunggu sampai terbentuknya kekuatan militer.
Begitu divisi tank dan skuadron udara Jerman menampakkan diri di bagian selatan Caucasus, maka deklarasi umum yang diminta Mufti ini baru akan disebarkan diseluruh dunia Arab.
Mufti menjawab bahwa ia yakin semuanya akan berlangsung seperti yang dikatakan the Fuhrer. Namun ia bertanya apakah, paling tidak secara rahasia, diadakan persetujuan dengan Jerman tentang hal yang baru ia paparkan pada the Fuhrer ini.
Fuhrer menjawab bahwa persisnya deklarasi rahasia seperti itulah yang baru saja diberikannya kepada sang Mufti.
Mufti akhirnya mengucapkan terima kasih dan meninggalkan Fuhrer dengan kepercayaan penuh atas minatnya pada tujuan dunia Arab.
Sebuah foto dari Mufti Besar dari Yerusalem sedang meninjau divisi S.S. Nazi "Handzar" di Yugoslavia pada tahun 1944. Dalam pidato kepada pasukan Muslim, mufti menempatkan Islam dan Nazisme pada tingkat yang sama, dengan menyatakan "ada kemiripan antara prinsip Islam dan Sosialisme Nasional." Copyright © Topham Picturepoint.
SCHMIDT

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.